COLLABORATION

·

·

 

lembaga banyak yang bermigrasi. Saya ketika diberikan kesempatan berbicara dalam ketahanan lembaga, selalu mencontohkan Kompas. Bagaimana ia bermigrasi dari koran cetak menjadi koran digital dan sekarang menjadi stasiun televisi. Proses seperti ini, sepertinya, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada skema yang ditempuh dalam transisi dari koran cetak hingga menjadi stasiun televisi. koran cetaknya masih ada, koran digital juga masih tetap terbit dan stasiun televisi mengudara. Dalam perubahan dibutuhkan mindset perubahan dan didukung oleh sumberdaya manusia baru dengan skill baru.

Apa jadinya, jika koran Kompas tidak melakukan perubahan, dan tetap di zona koran cetak. Saya tidak mengetahui apa yang terjadi tetapi hanya dapat membayangkan, sangat sulit berkembang. Migrasi untuk mempertahankan lembaga atau mengembangkan lembaga adalah sebuah keharusan ditengah perubahan yang demikian pesat. Ada adagium bahwa perubahan adalah unprefocatable, tidak dapat diprediksi. Maka, tindakan preventif adalah sebuah upaya, sebelum benar-benar menghadapi situasi, sehingga dengan antisipasi, minimal, lembaga tidak terbunuh alias gulung tikar.

Proses bermigrasi membutuhkan skill. Skill yang diperlukan adalah skill sesuai dengan jamannya. Manusia berupaya untuk selalu menyesuaikan skill yang dituntut pada jamannya. Seseorang boleh berusia tetap upgrade diri selalu diupayakan. Hasilnya, barangkali tidak seperti anak-anak muda, tetapi sedikit banyak dan memasukinya, sehingga tidak terhambat dalam berkomunikasi.

Kementerian Pendidikan memberikan gambaran tentang kompetensi yang harus dimiliki di abad 21 yaitu 4 C. Ini yang sering saya sampaikan dikesempatan di depan murid-murid. Salah satu 4 C adalah Collaboration. Proses pembelajaran peserta didik, salah satu yang dilakukan adalah penanaman skill berkolaborasi. harapannya anak-anak terbiasa berkolaborasi dan akan menjadi budaya.

Kolaborasi perlu dilatihkan sejak dini. Proses pembelajaran yang menerapkan skill kolaborasi sejak SD hingga SMA, maka akan menjadi budaya bagi peserta didik. Sebelum ke peserta didik adalah para pendidik, suka dan gemar berkolaborasi. Kolaborasi dalam bentuk pengerjaan proyek atau tugas, akan menjadi lebih ringan. Memang, jika kita menghadapi peserta didik, masih ada nuansa kompetisi, karena dari pendidikannya yang masih mengutamakan nilai angka daripada nilai kinerja seorang anak.

latihkan pada diri sendiri baru kepada orang lain. Ini adalah ungkapan yang cocok. kita mengajar orang lain untuk senang berkolaborasi, tetapi dari diri sendiri masih senang mengerjakan pekerjaan secara individu. Membuat proyek antar pelajar oleh guru adalah sebuah awal mengasah dan menumbuhkan kolaborasi pada Pendidik.

Saya meyakini dengan skill kolaborasi yang berat menjadi ringan. Setiap ada masalah atau tigas dapat dikerjakan bersama dan dinikmati bersama, sukses bersama.
selamat mencoba.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *